dd6xhGwqYy8Hb9L8NXF5UGzLHNvpiXVI6LGMRJ4y

Alat Konsentrator Oksigen: Fungsi, Jenis, & Regulasi

Konsentrator Oksigen (Oxygen Concentrator)
Penggunaan Konsentrator Oksigen di Pelayanan Kesehatan Indonesia

Daftar Isi

    Pernahkah Anda membayangkan bagaimana fasilitas kesehatan di daerah terpencil atau bahkan di tengah hiruk pikuk kota dapat menyediakan pasokan oksigen medis secara terus-menerus tanpa bergantung pada tabung gas yang berat dan terbatas? Di sinilah sebuah teknologi revolusioner bernama Konsentrator Oksigen mengambil peran vital. Alat ini bukan sekadar mesin, melainkan harapan baru bagi jutaan pasien yang membutuhkan terapi oksigen untuk kembali bernapas lega. Mari selami lebih dalam dunia alat kesehatan canggih ini dan temukan bagaimana ia mengubah wajah pelayanan kesehatan di Indonesia.

    A. Latar Belakang dan Ruang Lingkup

    1. Penggunaan Konsentrator Oksigen di Pelayanan Kesehatan Indonesia

    Penggunaan konsentrator oksigen di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, mulai dari Rumah Sakit besar hingga Puskesmas di daerah terpencil, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Keterbatasan akses dan biaya logistik untuk pengisian ulang tabung oksigen konvensional menjadi salah satu pendorong utama adopsi alat ini. Terlebih saat pandemi COVID-19 melanda, kebutuhan akan sumber oksigen yang efisien dan berkelanjutan menjadi sangat krusial. Konsentrator oksigen menawarkan solusi dengan kemampuannya memproduksi oksigen secara mandiri, hanya dengan mengandalkan sumber listrik dan udara bebas. Ini menjadikan alat tersebut sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien dengan gangguan pernapasan, baik untuk kasus gawat darurat maupun terapi jangka panjang.

    2. Tujuan dan Manfaat Artikel

    Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam mengenai alat kesehatan konsentrator oksigen dalam konteks penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan. Manfaat utamanya adalah sebagai berikut:

    • Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, pengelola fasyankes, dan mahasiswa kedokteran tentang fungsi, cara kerja, dan manajemen konsentrator oksigen.
    • Menjadi panduan dalam pengambilan keputusan pengadaan alat kesehatan yang tepat guna dan efisien.
    • Meningkatkan kesadaran akan pentingnya standar dan regulasi yang berlaku untuk menjamin keamanan dan efektivitas terapi oksigen.
    • Memberikan wawasan kepada masyarakat umum dan keluarga pasien mengenai teknologi yang mendukung terapi oksigen bagi orang yang mereka cintai.

    3. Siapa yang Membutuhkan Informasi Ini

    Informasi dalam artikel ini secara khusus ditujukan bagi berbagai kalangan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan kesehatan, di antaranya:

    • Dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya yang setiap hari menangani pasien yang membutuhkan terapi oksigen.
    • Manajemen Rumah Sakit dan Kepala Puskesmas yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengadaan alat kesehatan.
    • Teknisi elektromedis yang bertugas melakukan pemeliharaan dan perbaikan alat.
    • Mahasiswa bidang kesehatan (kedokteran, keperawatan, teknik elektromedis) sebagai referensi akademis.
    • Distributor dan penyedia alat kesehatan sebagai materi informasi produk.
    • Keluarga pasien yang ingin memahami lebih jauh tentang alat yang digunakan oleh anggota keluarganya.

    B. Pengertian dan Definisi Konsentrator Oksigen

    1. Definisi Medis

    Secara medis, Konsentrator Oksigen (Oxygen Concentrator) didefinisikan sebagai sebuah perangkat medis yang dirancang untuk memekatkan (mengkonsentrasikan) oksigen dari udara sekitar. Alat ini menyediakan aliran oksigen suplemental dengan konsentrasi tinggi (biasanya hingga 95%) kepada pasien yang tidak mampu mendapatkan cukup oksigen dari udara yang dihirup secara normal karena kondisi medis tertentu, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, atau hipoksemia. Tujuannya adalah untuk mempertahankan saturasi oksigen darah pada level yang aman dan mengurangi beban kerja sistem pernapasan dan kardiovaskular.

    2. Definisi Teknis

    Dari sisi teknis, konsentrator oksigen adalah sebuah perangkat elektromekanis yang bekerja berdasarkan prinsip Pressure Swing Adsorption (PSA). Perangkat ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

    • Kompresor udara: Menghisap dan menekan udara dari lingkungan sekitar.
    • Filter: Membersihkan udara dari debu, bakteri, dan partikel lainnya.
    • Sieve beds (saringan molekuler): Dua tabung yang berisi material Zeolit, yang berfungsi sebagai saringan molekuler. Zeolit ini secara selektif akan menyerap nitrogen dari udara yang bertekanan, sementara membiarkan oksigen melaluinya.
    • Katup pengalih (switching valve): Mengatur aliran udara bertekanan secara bergantian ke kedua tabung saringan.
    • Reservoir oksigen: Menampung oksigen yang telah terkonsentrasi sebelum dialirkan ke pasien.
    • Flow meter: Mengatur dan mengukur laju aliran oksigen (dalam liter per menit/LPM) yang diberikan kepada pasien.

    Prinsip kerja "ayunan tekanan" atau PSA inilah yang memungkinkan produksi oksigen secara kontinu tanpa perlu pengisian ulang.

    3. Sejarah Perkembangan Teknologi Konsentrator Oksigen

    Teknologi konsentrator oksigen berakar dari pengembangan teknik pemisahan udara industri pada pertengahan abad ke-20. Awalnya, perangkat ini berukuran sangat besar, berisik, dan berat, sehingga penggunaannya terbatas di lingkungan rumah sakit. Namun, pada tahun 1970-an, Union Carbide Corporation mengembangkan konsentrator oksigen portabel pertama, yang mengubah paradigma terapi oksigen di rumah. Sejak saat itu, inovasi terus berlanjut. Perangkat modern menjadi lebih ringan, lebih senyap, lebih hemat energi, dan lebih andal. Perkembangan teknologi mikroprosesor juga memungkinkan adanya fitur-fitur pintar seperti pemantauan kemurnian oksigen secara real-time dan sistem alarm yang canggih untuk keamanan pasien.

    4. Peran dalam Terapi Oksigen Jangka Panjang

    Dalam konteks Terapi Oksigen Jangka Panjang (Long-Term Oxygen Therapy/LTOT), peran konsentrator oksigen sangatlah fundamental. Bagi pasien dengan penyakit pernapasan kronis, LTOT terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup, memperbaiki toleransi saat beraktivitas, dan bahkan memperpanjang harapan hidup (Life-Support) . Konsentrator oksigen menjadi pilihan utama untuk LTOT karena efektivitas biaya dan kepraktisannya dibandingkan penggunaan tabung oksigen cair atau gas secara terus-menerus. Alat ini memungkinkan pasien untuk menjalani terapi di kenyamanan rumah mereka sendiri, memberikan kebebasan dan kemandirian yang lebih besar.

    5. Peraturan dan Standar yang Berlaku

    Sebagai alat kesehatan dengan risiko menengah hingga tinggi, peredaran dan penggunaan konsentrator oksigen di Indonesia diatur secara ketat. Setiap alat konsentrator oksigen yang digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki Izin Edar dari Kementerian Kesehatan RI. Proses ini memastikan bahwa alat telah melalui serangkaian pengujian dan memenuhi standar keamanan, mutu, dan manfaat. Standar internasional yang sering menjadi acuan adalah ISO 80601-2-69:2020, yang menetapkan persyaratan khusus untuk keselamatan dasar dan kinerja esensial dari peralatan konsentrator oksigen. Fasyankes juga wajib melakukan kalibrasi dan pemeliharaan rutin untuk memastikan alat berfungsi sesuai spesifikasi dan aman bagi pasien.

    C. Jenis-Jenis dan Klasifikasi

    Memahami berbagai jenis konsentrator oksigen adalah langkah krusial sebelum menentukan pilihan. Klasifikasi ini membantu menyesuaikan perangkat dengan tingkat kebutuhan medis pasien, lingkungan penggunaan, serta gaya hidup yang dijalani.

    1. Pembagian Berdasarkan Kapasitas Flow Rate

    Kapasitas flow rate atau laju aliran, yang diukur dalam Liter per Menit (LPM), adalah salah satu pembeda utama antar model konsentrator oksigen. Berdasarkan kapasitasnya, alat ini dapat dikelompokkan menjadi:

    • Kapasitas Rendah (Low Flow): Umumnya menyediakan aliran oksigen dari 1 hingga 5 LPM. Jenis ini paling umum digunakan untuk pasien dengan kondisi hipoksemia ringan hingga sedang dan sering ditemukan pada model portabel maupun stasioner untuk penggunaan di rumah.
    • Kapasitas Tinggi (High Flow): Dirancang untuk mampu menghasilkan aliran oksigen di atas 5 LPM, seringkali mencapai 10 LPM atau bahkan lebih. Konsentrator ini dibutuhkan oleh pasien dengan kondisi pernapasan yang lebih berat atau kritis dan biasanya berupa unit stasioner (tidak untuk dibawa bepergian) karena membutuhkan kompresor yang lebih besar dan kuat.

    2. Konsentrator Oksigen Pulse Dose vs Continuous Flow

    Metode pengiriman oksigen menjadi pembeda fundamental, terutama pada unit portabel. Terdapat dua jenis utama:

    • Continuous Flow (Aliran Kontinu): Jenis ini mengalirkan oksigen secara terus-menerus tanpa henti, tidak peduli apakah pasien sedang menarik atau menghembuskan napas. Ini adalah metode pengiriman standar pada hampir semua konsentrator oksigen stasioner (untuk di rumah). Kelebihannya adalah pasokan yang konstan, namun cenderung lebih boros energi dan memerlukan perangkat yang lebih besar.
    • Pulse Dose (Dosis Nadi): Ini adalah teknologi yang lebih canggih dan umumnya ditemukan pada konsentrator oksigen portabel. Perangkat dengan mode pulse dose dilengkapi sensor canggih yang mendeteksi saat pasien akan menarik napas, dan hanya pada saat itulah alat akan melepaskan "semburan" atau dosis oksigen. Metode ini jauh lebih efisien, menghemat daya baterai, dan memungkinkan perangkat dibuat dalam ukuran yang lebih kecil dan ringan.
    Penting untuk dicatat bahwa pengaturan pulse dose (misalnya, setelan '2') tidak sama dengan 2 LPM continuous flow. Pasien harus selalu berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan setelan yang tepat sesuai resep medis.

    3. Variasi Model Berdasarkan Portabilitas dan Berat

    Berdasarkan kemudahan untuk dibawa, konsentrator oksigen terbagi menjadi dua kategori utama:

    • Konsentrator Stasioner (Stationary): Dirancang untuk penggunaan di satu tempat, seperti di rumah atau di samping tempat tidur pasien di fasilitas kesehatan. Unit ini umumnya lebih besar dan berat (sekitar 15-25 kg), namun menawarkan flow rate kontinu yang lebih tinggi (hingga 10 LPM) dan lebih andal untuk penggunaan 24/7.
    • Konsentrator Portabel (Portable): Didesain untuk mobilitas. Ukurannya jauh lebih kecil dan ringan (mulai dari 2 kg hingga sekitar 8 kg), dilengkapi dengan baterai yang dapat diisi ulang, dan seringkali menggunakan teknologi pulse dose untuk efisiensi. Alat ini memberikan kebebasan bagi pasien untuk beraktivitas di luar rumah. Beberapa model portabel yang lebih besar juga menawarkan mode continuous flow dengan kapasitas terbatas (biasanya hingga 3 LPM).

    4. Tips Memilih Sesuai Kebutuhan Medis dan Gaya Hidup

    Memilih konsentrator oksigen yang tepat adalah keputusan medis yang penting. Berikut beberapa tips:

    1. Ikuti Resep Dokter: Ini adalah hal yang paling fundamental. Dokter akan menentukan kebutuhan flow rate (LPM) dan jenis aliran (continuous atau pulse dose) yang Anda butuhkan.
    2. Pertimbangkan Gaya Hidup: Apakah pasien akan lebih banyak berada di rumah atau aktif bepergian? Jika pasien aktif, konsentrator portabel dengan daya tahan baterai yang baik adalah pilihan ideal. Jika terapi hanya dibutuhkan saat tidur atau di rumah, unit stasioner mungkin lebih efektif dan ekonomis.
    3. Periksa Berat dan Ukuran: Untuk unit portabel, pastikan pasien atau pendamping mampu mengangkat dan membawanya dengan nyaman.
    4. Perhatikan Tingkat Kebisingan: Tingkat kebisingan (diukur dalam desibel/dBA) bisa menjadi faktor penting, terutama jika alat akan digunakan saat tidur. Model yang lebih baru cenderung lebih senyap.
    5. Cek Ketersediaan Baterai dan Opsi Daya: Untuk unit portabel, berapa lama baterai bertahan pada setelan yang dibutuhkan? Apakah ada opsi untuk menggunakan daya dari mobil (DC power)?
    6. Pastikan Ada Izin Edar Kemenkes: Selalu pilih perangkat yang telah terjamin keamanan dan mutunya dengan memiliki izin edar resmi dari Kementerian Kesehatan RI.

    D. Cara Kerja dan Teknologi Dasar

    1. Prinsip Kerja Pressure Swing Adsorption (PSA)

    Inti dari teknologi konsentrator oksigen adalah sebuah proses cerdas yang disebut Pressure Swing Adsorption (PSA). Proses ini bekerja layaknya sebuah filter kimia yang memisahkan molekul gas. Secara sederhana, prosesnya adalah sebagai berikut:

    1. Udara dari ruangan dihisap masuk ke dalam perangkat.
    2. Udara tersebut kemudian ditekan (pressurized) oleh kompresor dan dialirkan ke salah satu dari dua tabung yang berisi saringan molekuler (sieve bed).
    3. Di bawah tekanan, saringan molekuler akan menjebak (adsorb) molekul nitrogen yang lebih besar, sementara membiarkan molekul oksigen yang lebih kecil melewatinya.
    4. Oksigen yang telah terpisah ini kemudian disimpan dalam sebuah reservoir kecil untuk kemudian dialirkan ke pasien.
    5. Secara bersamaan, di tabung kedua, tekanan dilepaskan (swing ke tekanan rendah). Pelepasan tekanan ini menyebabkan saringan molekuler melepaskan nitrogen yang tadi terjebak, yang kemudian dibuang kembali ke udara.
    Proses "ayunan tekanan" (pressure swing) ini terjadi secara bergantian dan terus-menerus antara kedua tabung, memastikan adanya produksi oksigen yang tidak terputus.

    2. Teknologi Molecular Sieve dan Pemisahan Nitrogen

    Kunci dari proses PSA adalah material yang disebut Zeolit. Zeolit adalah mineral aluminosilikat berpori dengan struktur kristal yang sangat teratur. Dalam konsentrator oksigen, butiran Zeolit ini berfungsi sebagai molecular sieve atau saringan molekuler.

    Permukaan Zeolit memiliki afinitas atau daya tarik yang lebih kuat terhadap molekul nitrogen daripada molekul oksigen ketika udara berada dalam kondisi bertekanan. Udara bebas sendiri terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 21% Oksigen, dan 1% gas lainnya. Ketika udara bertekanan dipaksa melewati hamparan Zeolit, molekul nitrogen "menempel" pada permukaan pori-pori Zeolit, sementara molekul oksigen terus melaju. Hasilnya adalah gas keluaran dengan konsentrasi oksigen murni hingga 96%.

    3. Sistem Kompresor dan Manajemen Aliran Udara

    Kompresor adalah jantung dari konsentrator oksigen. Fungsinya adalah menghisap udara sekitar dan memberikannya tekanan yang cukup (biasanya sekitar 15-20 PSI) agar proses PSA dapat berlangsung efektif. Kualitas dan daya tahan kompresor sangat menentukan keandalan dan umur pakai perangkat.

    Selain kompresor, terdapat sistem manajemen aliran udara yang kompleks, terdiri dari serangkaian katup (valves) yang dikontrol secara elektronik. Katup-katup inilah yang bertugas mengarahkan aliran udara bertekanan secara bergantian ke tabung saringan satu dan lainnya, serta mengatur proses pembuangan nitrogen. Sistem ini harus bekerja dengan presisi tinggi untuk menjaga siklus pressure swing tetap efisien dan menghasilkan oksigen dengan kemurnian yang stabil.

    4. Perkembangan Teknologi Sensor dan Kontrol Otomatis

    Konsentrator oksigen modern dilengkapi dengan berbagai sensor canggih dan sistem kontrol otomatis untuk meningkatkan keamanan dan efektivitas. Beberapa di antaranya adalah:

    • Sensor Konsentrasi Oksigen: Sensor ini secara terus-menerus memantau kemurnian oksigen yang dihasilkan. Jika konsentrasi turun di bawah ambang batas aman (misalnya 85%), sistem akan memicu alarm visual dan suara untuk memberitahu pengguna. Ini adalah fitur keamanan (failsafe) yang krusial.
    • Sensor Tekanan dan Aliran: Memastikan kompresor dan sistem katup bekerja pada parameter yang benar. Sensor ini juga dapat mendeteksi adanya sumbatan pada selang (kanula) atau masalah aliran lainnya.
    • Sensor Napas (pada mode Pulse Dose): Sensor tekanan yang sangat sensitif di dekat sambungan kanula, yang dapat mendeteksi perubahan tekanan negatif saat pasien mulai menarik napas. Deteksi inilah yang memicu pelepasan dosis oksigen.
    • Sistem Kontrol Mikroprosesor: Menjadi "otak" dari perangkat, yang mengintegrasikan semua input dari sensor untuk mengelola siklus PSA, mengontrol laju aliran, dan mengaktifkan sistem alarm jika terjadi malfungsi.

    F. Pemasangan dan Persiapan Awal

    Tahap persiapan awal adalah fondasi untuk memastikan konsentrator oksigen dapat beroperasi dengan aman, efektif, dan awet. Mengikuti prosedur yang benar sejak pertama kali alat digunakan akan mencegah masalah di kemudian hari dan menjamin keamanan pasien. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh teknisi dari penyedia alat atau tenaga elektromedis di fasilitas kesehatan.

    1. Persyaratan Lingkungan dan Kondisi Operasional

    Konsentrator oksigen bukanlah alat yang bisa diletakkan di sembarang tempat. Untuk kinerja optimal dan keamanan, ada beberapa persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi:

    • Ventilasi yang Baik: Alat ini membutuhkan sirkulasi udara yang bebas untuk menghisap udara dan membuang nitrogen serta panas. Letakkan perangkat setidaknya 30-50 cm dari dinding, furnitur, atau tirai. Jangan pernah mengoperasikan alat di dalam lemari atau ruang tertutup yang sempit.
    • Jauh dari Sumber Panas dan Api: Oksigen dengan konsentrasi tinggi dapat mempercepat pembakaran. Jauhkan alat dari kompor, pemanas, puntung rokok, lilin, dan sumber api terbuka lainnya. Jarak aman minimal adalah 3 meter.
    • Permukaan Rata dan Keras: Letakkan alat di lantai atau permukaan yang stabil untuk mencegah getaran berlebih dan memastikan alat tidak terjatuh. Hindari meletakkan di atas karpet tebal yang dapat menyumbat saluran masuk udara di bagian bawah alat.
    • Lingkungan Bersih dan Bebas Polusi: Hindari area yang berdebu, berasap (termasuk asap rokok), atau penuh uap bahan kimia. Polutan dapat menyumbat filter dan merusak komponen internal, terutama sieve bed.

    2. Unboxing dan Pemeriksaan Kelengkapan

    Saat menerima unit baru, proses unboxing harus dilakukan dengan hati-hati. Ini adalah langkah pertama untuk verifikasi fisik dan kelengkapan.

    1. Periksa Kemasan: Pastikan kardus atau kemasan dalam kondisi baik, tidak ada tanda-tanda kerusakan akibat benturan keras selama pengiriman.
    2. Buka Kemasan dengan Benar: Ikuti petunjuk pembukaan pada kardus. Simpan kemasan asli untuk keperluan klaim garansi atau pengiriman di masa depan.
    3. Inventarisasi Kelengkapan: Cocokkan isi paket dengan daftar kelengkapan yang tertera di buku manual. Pastikan semua item ada, seperti:
      • Unit utama konsentrator oksigen.
      • Buku manual pengguna (user manual).
      • Kartu garansi.
      • Aksesori standar: Nasal Cannula (biasanya 1 buah), Humidifier Bottle, kabel daya (AC power cord).
      • Untuk model portabel, periksa keberadaan baterai, adaptor AC, adaptor DC, dan tas pembawa.
    4. Inspeksi Fisik Unit: Periksa seluruh badan unit dari adanya cacat, retak, atau kerusakan. Pastikan semua tombol dan kenop berfungsi dengan baik secara mekanis.

    3. Pengisian Baterai dan Pengaturan Awal

    Langkah ini sangat krusial, terutama untuk konsentrator oksigen portabel.

    Untuk unit stasioner, pengaturannya sederhana: hubungkan kabel daya ke unit dan colokkan ke stopkontak yang stabil dan memiliki grounding yang baik. Hindari penggunaan kabel ekstensi yang terlalu panjang atau bercabang-cabang dengan banyak alat elektronik lain.

    Untuk unit portabel, ikuti langkah berikut:

    1. Pasang Baterai: Jika baterai belum terpasang, masukkan baterai ke dalam kompartemennya sesuai petunjuk.
    2. Pengisian Daya Pertama Kali: Hubungkan adaptor AC ke unit dan colokkan ke listrik. Sangat disarankan untuk melakukan pengisian daya pertama kali hingga baterai terisi penuh (100%) sebelum digunakan. Proses ini bisa memakan waktu beberapa jam. Jangan menggunakan alat saat pengisian pertama kali, kecuali jika manual menyatakan sebaliknya. Ini membantu mengkalibrasi dan memaksimalkan umur baterai.
    3. Pasang Humidifier (Jika Perlu): Jika resep dokter menyarankan penggunaan pelembap, isi botol humidifier dengan air steril atau air suling (distilled water) hingga batas yang ditentukan, lalu pasang pada tempatnya. Hubungkan selang oksigen dari alat ke tutup humidifier.

    4. Tes Fungsi dan Kalibrasi Dasar

    Sebelum diserahkan kepada pengguna, teknisi harus melakukan tes fungsi untuk memastikan alat bekerja sesuai spesifikasi pabrikan.

    1. Nyalakan Unit: Tekan tombol power. Perhatikan apakah unit melakukan self-test (biasanya ditandai dengan semua lampu indikator menyala sejenak dan bunyi beep).
    2. Tes Aliran Udara: Atur flow rate pada beberapa tingkatan (misalnya 2 LPM, lalu 5 LPM). Rasakan aliran udara yang keluar dari outlet port. Gunakan flowmeter eksternal jika ada untuk verifikasi akurasi.
    3. Tes Konsentrasi Oksigen: Ini adalah tes paling penting. Gunakan alat ukur oksigen (Oxygen Analyzer) untuk mengukur kemurnian oksigen yang keluar. Pastikan hasilnya sesuai spesifikasi (di atas 90%) pada berbagai setelan flow rate.
    4. Tes Sistem Alarm: Lakukan simulasi kondisi gagal untuk menguji fungsi alarm. Contohnya, dengan mencabut kabel daya saat unit menyala (untuk tes alarm power failure) atau dengan melipat selang kanula hingga rapat (untuk tes alarm no flow/low pressure).

    5. Orientasi Pengguna dan Serah Terima

    Tahap terakhir adalah edukasi kepada calon pengguna (pasien dan keluarga/pendamping) dan serah terima alat. Ini adalah proses transfer pengetahuan yang sangat penting untuk penggunaan yang aman dan benar. Orientasi harus mencakup:

    • Penjelasan fungsi setiap tombol dan indikator di panel kontrol.
    • Cara mengatur flow rate sesuai resep dokter.
    • Cara memasang dan mengganti nasal cannula dan humidifier bottle.
    • Penjelasan arti dari setiap alarm dan tindakan apa yang harus dilakukan jika alarm berbunyi.
    • Demonstrasi perawatan rutin: cara membersihkan filter udara eksternal setidaknya seminggu sekali.
    • Penjelasan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan (larangan), terutama yang berkaitan dengan bahaya kebakaran.
    • Informasi kontak darurat teknisi atau penyedia jika terjadi masalah.
    • Penandatanganan berita acara serah terima alat sebagai bukti bahwa orientasi telah diberikan dan alat diterima dalam kondisi baik.

    G. Cara Penggunaan dan Prosedur Operasional

    Mengikuti Prosedur Operasional Standar (POS) dalam penggunaan konsentrator oksigen adalah kunci untuk menjamin efektivitas terapi dan keselamatan pasien. Bagian ini merinci langkah-langkah praktis yang harus diikuti oleh perawat, keluarga, atau pasien sendiri, mulai dari persiapan hingga penyimpanan alat.

    1. Persiapan Sebelum Penggunaan

    Setiap kali akan menggunakan alat, lakukan pemeriksaan singkat untuk memastikan semuanya siap dan aman. Anggap ini sebagai checklist wajib:

    1. Periksa Lingkungan: Pastikan alat berada di lokasi yang aman, dengan ventilasi cukup, jauh dari sumber api, dan tidak di bawah sinar matahari langsung. Pastikan tidak ada kain atau benda lain yang menutupi ventilasi alat.
    2. Cek Filter Udara: Lihat kondisi filter udara eksternal. Jika terlihat kotor atau berdebu, bersihkan terlebih dahulu sesuai petunjuk di buku manual (biasanya dicuci dengan sabun lembut dan air, lalu dikeringkan sepenuhnya sebelum dipasang kembali).
    3. Isi Botol Humidifier (Jika Digunakan): Periksa level air di dalam botol pelembap. Jika kurang, isi kembali menggunakan air steril atau air suling (distilled water) hingga tanda batas yang direkomendasikan. Jangan pernah menggunakan air keran karena dapat menyebabkan penumpukan mineral dan kontaminasi bakteri.
    4. Sambungkan Kabel Daya: Hubungkan kabel daya alat ke stopkontak dinding yang memiliki grounding. Untuk unit portabel yang akan dipakai bepergian, pastikan baterai sudah terisi penuh.
    5. Siapkan Aksesori Pasien: Gunakan nasal cannula baru atau yang bersih dan kering. Pastikan selang tidak terlipat atau rusak. Hubungkan ujung selang ke outlet port oksigen pada alat atau pada botol humidifier.

    2. Prosedur Operasional Standar untuk Pasien

    Setelah persiapan selesai, ikuti langkah-langkah berikut untuk memulai terapi oksigen:

    1. Nyalakan Alat: Tekan tombol 'Power' untuk menyalakan konsentrator oksigen. Alat akan memulai siklusnya, yang mungkin mengeluarkan suara kompresor dan hembusan udara. Ini normal.
    2. Tunggu Proses Inisialisasi: Biarkan alat berjalan selama 2-5 menit. Waktu ini diperlukan agar alat mencapai tekanan operasional yang stabil dan menghasilkan oksigen dengan konsentrasi yang tepat. Banyak alat memiliki indikator yang akan menunjukkan kapan kemurnian oksigen sudah mencapai level terapi.
    3. Atur Flow Rate: Setelah alat stabil, atur laju aliran (flow rate) sesuai dengan resep medis dari dokter. Putar kenop atau tekan tombol hingga angka yang diinginkan tercapai. Sangat penting untuk tidak mengubah flow rate tanpa instruksi dari tenaga medis profesional.
    4. Pasang Nasal Cannula: Pasang kedua cabang (prongs) kanula ke dalam lubang hidung pasien dengan lengkungan menghadap ke bawah, mengikuti kontur hidung. Lingkarkan selang di atas kedua telinga dan kencangkan dengan lembut di bawah dagu menggunakan cincin pengatur. Pastikan pasien merasa nyaman.
    5. Bernapas Secara Normal: Instruksikan pasien untuk bernapas secara normal melalui hidung. Untuk alat dengan mode pulse dose, pernapasan melalui hidung sangat penting agar sensor dapat mendeteksi tarikan napas dan melepaskan oksigen.

    3. Pemantauan Saturasi Oksigen dan Respon Pasien

    Penggunaan konsentrator oksigen harus disertai dengan pemantauan untuk memastikan terapi berjalan efektif dan aman.

    • Gunakan Pulse Oximeter: Alat kecil yang dijepitkan di ujung jari ini adalah cara termudah untuk memantau saturasi oksigen (SpO2) dalam darah dan laju detak jantung. Lakukan pengukuran sebelum terapi dimulai, lalu secara berkala selama terapi (misalnya setiap jam atau sesuai anjuran dokter).
    • Target Saturasi: Target SpO2 normal umumnya adalah 95% ke atas. Dokter mungkin memberikan target spesifik untuk pasien dengan kondisi kronis. Jika level SpO2 terus-menerus di bawah 90% atau di bawah target yang ditentukan dokter meskipun sudah menggunakan oksigen, segera hubungi tenaga medis.
    • Amati Respon Klinis Pasien: Selain angka di oximeter, perhatikan kondisi pasien secara keseluruhan. Apakah sesak napasnya berkurang? Apakah warna bibir dan kulitnya kembali normal (tidak kebiruan/sianosis)? Apakah pasien terlihat lebih nyaman dan rileks? Perubahan positif ini adalah indikator keberhasilan terapi.

    4. Prosedur Setelah Penggunaan dan Penyimpanan

    Setelah sesi terapi selesai atau saat alat tidak akan digunakan untuk waktu yang lama, ikuti prosedur berikut:

    1. Matikan Alat: Tekan tombol 'Power' untuk mematikan unit.
    2. Lepaskan Nasal Cannula: Lepaskan kanula dari pasien dengan lembut.
    3. Bersihkan Aksesori: Jika nasal cannula akan digunakan kembali oleh pasien yang sama, bersihkan bagian ujungnya. Buang dan ganti kanula secara berkala (misalnya setiap 2-4 minggu atau jika terlihat kotor/kaku). Kosongkan dan bersihkan botol humidifier setiap hari untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
    4. Cabut Kabel Daya: Cabut kabel daya dari stopkontak untuk menghemat energi dan keamanan, kecuali jika sedang mengisi daya baterai unit portabel.
    5. Penyimpanan: Jika alat akan disimpan, letakkan di tempat yang bersih, kering, dan sejuk. Tutupi alat dengan kain atau penutup pelindung untuk mencegah debu menumpuk. Pastikan disimpan dalam posisi tegak.

    5. Pencatatan Jam Operasi dan Log Penggunaan

    Mencatat penggunaan alat adalah bagian dari manajemen alat kesehatan yang baik, terutama di fasilitas pelayanan kesehatan.

    • Manfaatkan Hour Meter: Hampir semua konsentrator oksigen dilengkapi dengan penghitung jam operasi (hour meter). Catat angka pada hour meter ini secara berkala (misalnya setiap minggu atau setiap bulan) dalam sebuah buku log.
    • Tujuan Pencatatan: Data jam operasi ini sangat penting untuk:
      • Menjadwalkan Pemeliharaan Preventif: Pabrikan merekomendasikan servis atau penggantian komponen internal (seperti filter internal atau piston kompresor) setelah mencapai jumlah jam operasi tertentu (misalnya setiap 5.000 atau 10.000 jam).
      • Analisis Penggunaan: Bagi fasyankes, data ini membantu menganalisis seberapa sering alat digunakan dan merencanakan kebutuhan pengadaan di masa depan.
      • Pelacakan Masalah: Log penggunaan dapat membantu teknisi dalam mendiagnosis masalah jika terjadi kerusakan.

    H. Keselamatan dan Manajemen Risiko

    Meskipun konsentrator oksigen adalah teknologi yang aman, penggunaannya melibatkan oksigen bertekanan dengan konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, penerapan protokol keselamatan dan manajemen risiko yang ketat adalah sebuah keharusan mutlak untuk melindungi pasien, keluarga, dan lingkungan sekitar dari potensi bahaya.

    1. Protokol Keselamatan Pasien dalam Terapi Oksigen

    Keselamatan pasien adalah prioritas utama. Berikut adalah protokol yang harus selalu diikuti:

    • Verifikasi Resep Medis: Selalu gunakan alat sesuai dengan flow rate yang diresepkan oleh dokter. Penggunaan oksigen dengan dosis yang terlalu rendah tidak akan efektif, sementara dosis yang terlalu tinggi dapat berbahaya bagi beberapa pasien (misalnya pada pasien PPOK dengan retensi CO2).
    • Edukasi Pasien dan Keluarga: Pastikan pasien dan keluarga atau pendampingnya memahami sepenuhnya cara penggunaan alat, peringatan keselamatan, dan tindakan dalam kondisi darurat.
    • Kebersihan Aksesori: Gunakan hanya nasal cannula dan humidifier bottle yang bersih untuk mencegah infeksi saluran pernapasan. Ganti aksesori tersebut secara berkala sesuai jadwal.
    • Hindari Penggunaan Salep Berbasis Minyak: Jangan pernah menggunakan salep atau pelembap berbahan dasar minyak (petroleum jelly) di sekitar hidung atau wajah saat menggunakan oksigen. Gunakan produk berbasis air (water-based) jika diperlukan untuk mengatasi kekeringan.
    • Pantau Kondisi Kulit: Periksa secara rutin area kulit di sekitar telinga dan di bawah hidung dari iritasi akibat gesekan selang kanula.

    2. Keselamatan Penggunaan di Rumah dan Perjalanan

    Menggunakan konsentrator di luar lingkungan klinis yang terkontrol memerlukan kewaspadaan ekstra.

    • Di Rumah: Pasang tanda "Dilarang Merokok - Oksigen Sedang Digunakan" di pintu depan dan di ruangan tempat alat digunakan. Edukasi seluruh anggota keluarga dan tamu mengenai larangan merokok dan penggunaan api di dekat pasien.
    • Saat Perjalanan (dengan unit portabel):
      • Selalu bawa baterai cadangan yang terisi penuh.
      • Bawa salinan resep medis dari dokter.
      • Hubungi maskapai penerbangan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan untuk menanyakan kebijakan mereka mengenai penggunaan konsentrator oksigen di dalam pesawat. Hanya model yang disetujui FAA (Federal Aviation Administration) yang diizinkan.
      • Saat di mobil, letakkan unit di tempat yang aman dan memiliki sirkulasi udara baik, jangan meninggalkannya di dalam mobil yang panas.

    3. Risiko Kebakaran dan Pencegahan Bahaya Oksigen

    Ini adalah aspek keselamatan yang paling kritis. Oksigen sendiri tidak mudah terbakar, namun ia bertindak sebagai oksidator kuat yang dapat menyebabkan bahan lain menyala lebih cepat dan terbakar lebih hebat.

    • JAGA JARAK AMAN 3 METER: Ini adalah aturan emas. Pasien yang menggunakan oksigen harus menjaga jarak minimal 3 meter dari semua sumber api dan panas, termasuk:
      • Rokok (termasuk rokok elektrik/vape) dan korek api.
      • Kompor gas, lilin, perapian.
      • Peralatan yang dapat menimbulkan percikan api, seperti alat cukur listrik atau bor.
    • Hindari Bahan Mudah Terbakar: Jangan menggunakan cairan yang mudah terbakar seperti aerosol, cat, atau cairan pembersih di dekat konsentrator oksigen yang sedang beroperasi.
    • Simpan Alat Pemadam Api Ringan (APAR): Sediakan APAR jenis CO2 atau dry powder di rumah dan pastikan anggota keluarga tahu cara menggunakannya.

    4. Sertifikasi Keamanan dan Standar Medis

    Keandalan dan keamanan sebuah konsentrator oksigen dijamin oleh kepatuhannya terhadap standar dan regulasi yang ketat.

    • Izin Edar Kemenkes RI: Di Indonesia, setiap alat kesehatan, termasuk konsentrator oksigen, wajib memiliki Izin Edar dari Kementerian Kesehatan. Ini menandakan bahwa alat tersebut telah dievaluasi dan dinyatakan aman, bermutu, dan bermanfaat. Selalu pilih produk yang sudah memiliki nomor izin edar AKL atau AKD.
    • Standar Internasional (ISO): Standar acuan utama untuk konsentrator oksigen adalah ISO 80601-2-69:2020. Standar ini menetapkan persyaratan spesifik untuk keselamatan dasar dan kinerja esensial, termasuk akurasi flow rate, konsentrasi oksigen, dan sistem alarm.
    • Sertifikasi Lainnya: Untuk unit portabel yang akan dibawa bepergian dengan pesawat, carilah logo persetujuan dari FAA (Federal Aviation Administration).

    5. Prosedur Darurat dan Backup Oksigen

    Ketergantungan pada satu alat saja memiliki risiko. Rencana darurat yang matang sangatlah penting.

    • Jika Listrik Padam: Untuk pengguna unit stasioner, selalu sediakan sistem oksigen cadangan (backup). Opsi yang paling umum adalah tabung oksigen medis kecil lengkap dengan regulatornya. Pastikan pasien dan keluarga tahu cara beralih dari konsentrator ke tabung cadangan.
    • Jika Alat Mengalami Kerusakan (Alarm Menyala):
      1. Segera pindahkan pasien ke sistem oksigen cadangan.
      2. Matikan unit konsentrator yang bermasalah.
      3. Hubungi teknisi atau penyedia layanan yang tertera pada alat untuk mendapatkan bantuan teknis. Jangan mencoba memperbaiki sendiri bagian internal alat.
    • Daftar Kontak Darurat: Simpan daftar nomor telepon penting di dekat alat, termasuk nomor dokter, layanan ambulans, penyedia alat, dan teknisi.

    I. Jaminan Kualitas dan Pemantauan Kinerja

    Untuk memastikan konsentrator oksigen selalu memberikan terapi yang efektif, pemantauan kinerja secara rutin oleh tenaga teknis atau pengguna terlatih adalah sebuah keharusan. Ini adalah bagian dari proses jaminan kualitas (Quality Assurance).

    1. Monitoring Konsentrasi Oksigen Harian

    Pengecekan paling fundamental adalah memastikan kemurnian oksigen yang dihasilkan sesuai standar.

    • Gunakan Oxygen Analyzer: Ini adalah metode paling akurat. Teknisi harus secara berkala (misalnya saat kunjungan pemeliharaan) mengukur persentase oksigen di outlet port menggunakan oxygen analyzer yang terkalibrasi.
    • Perhatikan Indikator OCI: Untuk pemantauan harian oleh pengguna, andalkan Oxygen Concentration Indicator (OCI) pada panel kontrol. Pastikan lampu indikator selalu menunjukkan status normal (biasanya berwarna hijau). Jika indikator berubah warna (kuning atau merah), itu adalah tanda bahwa kinerja alat menurun dan perlu diperiksa oleh teknisi.

    2. Tes Kinerja Flow Rate dan Pressure

    Selain konsentrasi, volume dan tekanan aliran juga harus dipastikan akurat.

    • Verifikasi Flow Rate: Teknisi dapat menggunakan flowmeter digital eksternal untuk memverifikasi apakah laju aliran yang ditampilkan di panel kontrol sesuai dengan laju aliran yang sebenarnya keluar dari alat.
    • Pemeriksaan Tekanan (Pressure): Pengecekan tekanan internal (outlet pressure) juga penting. Tekanan yang terlalu rendah dapat mengindikasikan adanya kebocoran atau masalah pada kompresor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsentrasi oksigen. Ini memerlukan alat ukur tekanan khusus dan dilakukan oleh teknisi yang kompeten.

    3. Analisis Data Operasional dan Alarm Log

    Konsentrator oksigen modern seringkali menyimpan data operasional yang sangat berharga untuk diagnosis dan pemeliharaan.

    • Membaca Hour Meter: Seperti dibahas sebelumnya, mencatat total jam pakai membantu dalam menjadwalkan servis rutin.
    • Menganalisis Log Alarm (Jika ada): Beberapa model canggih memiliki kemampuan untuk menyimpan riwayat alarm yang pernah aktif. Teknisi dapat mengakses data ini untuk melihat apakah alat sering mengalami alarm low oxygen, low pressure, atau power failure. Pola alarm yang berulang dapat menunjukkan masalah spesifik yang perlu segera ditangani.

    4. Tindakan Korektif dan Optimasi Kinerja

    Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis, tindakan korektif mungkin diperlukan untuk mengembalikan atau mengoptimalkan kinerja alat.

    • Tindakan Sederhana: Ini termasuk tindakan yang bisa dilakukan pengguna, seperti membersihkan atau mengganti filter udara eksternal yang kotor, yang seringkali menjadi penyebab utama penurunan kinerja.
    • Servis oleh Teknisi: Jika hasil tes menunjukkan konsentrasi oksigen rendah atau tekanan tidak sesuai, tindakan korektif yang lebih kompleks diperlukan. Ini bisa berupa:
      • Penggantian filter internal (filter bakteriostatik).
      • Servis atau penggantian piston seal pada kompresor.
      • Penggantian material Zeolit di dalam sieve bed, yang merupakan "tindakan peremajaan" besar karena Zeolit memiliki umur pakai terbatas.
      Tindakan ini harus selalu dilakukan oleh teknisi yang terlatih dan bersertifikat.

    J. Perawatan dan Pemeliharaan

    Perawatan dan pemeliharaan rutin adalah investasi terbaik untuk memastikan konsentrator oksigen Anda berfungsi dengan optimal, aman, dan memiliki umur pakai yang panjang. Pemeliharaan ini terbagi menjadi dua kategori: perawatan harian yang dapat dilakukan oleh pengguna atau keluarga, dan perawatan berkala yang umumnya memerlukan bantuan teknisi profesional.

    1. Perawatan Harian

    Ini adalah serangkaian tugas sederhana yang harus menjadi kebiasaan setiap hari sebelum atau sesudah penggunaan alat. Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan dan memastikan kesiapan operasional.

    • Pembersihan filter udara dan nasal cannula

      Filter udara eksternal (biasanya berupa busa atau kain di bagian luar casing) adalah garda terdepan pertahanan alat dari debu dan kotoran. Periksa filter ini setiap hari. Jika terlihat kotor, lepaskan dan cuci dengan air hangat dan sabun lembut. Pastikan filter kering sepenuhnya sebelum dipasang kembali. Untuk nasal cannula, setelah digunakan, lap bagian ujungnya (prongs) dengan kain lembap atau tisu alkohol untuk menjaga kebersihan. Ingat, kanula adalah barang pribadi dan tidak boleh digunakan bergantian.

    • Pemeriksaan visual dan status baterai

      Lakukan pemeriksaan visual cepat pada seluruh unit. Pastikan tidak ada keretakan pada bodi alat, selang tidak terlipat atau bocor, dan kabel daya dalam kondisi baik. Untuk konsentrator oksigen portabel, periksa indikator status baterai untuk memastikan daya yang tersisa cukup untuk aktivitas yang direncanakan. Jika akan bepergian, pastikan baterai utama dan baterai cadangan terisi penuh.

    • Daftar periksa operasional harian

      Sebelum memulai terapi, jalankan daftar periksa mental singkat:

      1. Apakah alat berada di lokasi yang aman dan berventilasi baik?
      2. Apakah botol humidifier (jika dipakai) terisi air steril hingga batas yang tepat?
      3. Saat dinyalakan, apakah alat berbunyi normal dan tidak ada alarm yang aktif?
      4. Apakah lampu indikator konsentrasi oksigen (OCI) menunjukkan status normal (hijau)?
      Dengan melakukan ini setiap hari, Anda dapat mendeteksi masalah kecil sebelum menjadi besar.

    2. Perawatan Berkala

    Perawatan berkala melibatkan tugas-tugas yang lebih teknis dan terjadwal. Jadwal pastinya dapat bervariasi tergantung pada merek dan model alat, jadi selalu rujuk pada buku manual pengguna. Perawatan ini idealnya dilakukan oleh teknisi elektromedis yang terlatih.

    • Penggantian filter udara dan particle filter

      Selain filter eksternal yang dibersihkan harian, konsentrator oksigen memiliki filter internal. Ada Gross Particle Filter dan HEPA/Bacteriostatic Filter yang menyaring partikel sangat halus dan bakteri sebelum udara masuk ke kompresor. Filter-filter ini tidak untuk dicuci, melainkan harus diganti. Jadwal penggantiannya bervariasi, mulai dari setiap 6 bulan hingga 2 tahun sekali, tergantung pada rekomendasi pabrikan dan seberapa sering alat digunakan.

    • Kalibrasi sensor oksigen dan flow meter

      Seiring waktu, akurasi sensor dapat bergeser. Kalibrasi adalah proses penyesuaian kembali sensor agar pembacaannya sesuai dengan standar yang akurat. Teknisi akan menggunakan oxygen analyzer dan flowmeter eksternal yang terkalibrasi sebagai acuan untuk memeriksa dan, jika perlu, menyesuaikan kembali sensor oksigen dan sistem pengukuran aliran pada perangkat. Prosedur ini sangat penting untuk menjamin bahwa pasien menerima dosis terapi yang tepat dan harus dilakukan setidaknya setahun sekali atau sesuai jadwal dari pabrikan.

    • Update firmware dan software

      Seperti perangkat elektronik canggih lainnya, sistem kontrol pada konsentrator oksigen (firmware) terkadang mendapatkan pembaruan dari pabrikan. Pembaruan ini bisa berisi perbaikan bug, peningkatan efisiensi algoritma, atau penambahan fitur keamanan. Saat melakukan servis, teknisi resmi dapat memeriksa dan menginstal firmware versi terbaru jika tersedia.

    • Penggantian nasal cannula dan tubing

      Aksesori yang bersentuhan langsung dengan pasien memiliki masa pakai terbatas untuk alasan kebersihan dan fungsionalitas.

      • Nasal Cannula: Harus diganti secara rutin, idealnya setiap 2 hingga 4 minggu, atau lebih cepat jika menjadi kaku, retak, atau berubah warna.
      • Tubing (Selang Ekstensi): Selang panjang yang menghubungkan alat ke kanula harus diperiksa dari kekusutan dan kebocoran. Ganti selang ini setidaknya setiap 3 hingga 6 bulan.
      • Humidifier Bottle: Botol pelembap juga harus diganti setiap beberapa bulan untuk mencegah penumpukan mineral dan potensi kontaminasi bakteri yang sulit dibersihkan.

    3. Perawatan Menyeluruh dan Inspeksi

    Ini adalah level tertinggi dari pemeliharaan yang bersifat preventif dan hanya boleh dilakukan oleh teknisi elektromedis yang bersertifikat. Tujuannya adalah untuk "meremajakan" komponen-komponen inti dan memastikan alat tetap beroperasi seperti baru.

    • Service rutin sieve bed dan kompresor

      Kompresor dan sieve bed adalah dua komponen dengan beban kerja terberat. Teknisi akan melakukan servis pada kompresor, yang mungkin meliputi penggantian piston seal atau ring untuk mengembalikan tekanan ke level optimal. Untuk sieve bed, meskipun material Zeolit di dalamnya awet, efektivitasnya dapat menurun setelah ribuan jam pemakaian. Pada titik tertentu (misalnya setelah 20.000 jam pakai), mungkin diperlukan penggantian material Zeolit (repacking) atau penggantian seluruh modul sieve bed untuk mengembalikan kemampuan produksi oksigen murni. Ini adalah tindakan servis besar yang sangat krusial.

    • Inspeksi sistem kelistrikan dan baterai

      Teknisi akan memeriksa seluruh jalur kelistrikan, sambungan kabel, dan papan sirkuit kontrol (PCB) dari tanda-tanda korosi atau kerusakan. Untuk unit portabel, kesehatan baterai (battery health) akan diuji. Baterai lithium-ion memiliki siklus hidup (life cycle) yang terbatas. Jika kapasitas maksimal baterai sudah menurun drastis dan tidak lagi mampu menopang operasional sesuai standar, maka penggantian baterai menjadi suatu keharusan untuk menjaga mobilitas dan keamanan pasien.

    • Dokumentasi service record

      Setiap tindakan perawatan, perbaikan, dan kalibrasi harus dicatat dalam sebuah rekam jejak servis (service record). Dokumentasi ini harus mencakup tanggal servis, tindakan yang dilakukan, komponen yang diganti, hasil pengukuran (konsentrasi O2, flow, pressure), dan nama teknisi yang mengerjakan. Service record yang baik adalah bukti kepatuhan terhadap standar pemeliharaan dan sangat berharga untuk pelacakan riwayat alat serta proses akreditasi fasilitas kesehatan.

    4. Pengelolaan Suku Cadang

    Manajemen suku cadang yang proaktif akan meminimalkan waktu henti (downtime) alat ketika terjadi kerusakan atau saat jadwal servis tiba.

    • Manajemen stok filter dan consumables

      Fasilitas kesehatan atau penyedia layanan harus selalu memiliki stok untuk item-item yang rutin diganti (consumables). Ini termasuk filter udara eksternal dan internal, nasal cannula, tubing, serta humidifier bottle. Memiliki stok yang cukup memastikan bahwa perawatan harian dan berkala dapat dilakukan tepat waktu tanpa harus menunggu pengiriman barang.

    • Perencanaan penggantian komponen kritis

      Beberapa komponen memiliki umur pakai yang dapat diprediksi. Berdasarkan data hour meter dan rekomendasi pabrikan, manajer teknis dapat merencanakan dan menganggarkan penggantian komponen kritis di masa depan. Komponen ini misalnya adalah baterai untuk unit portabel, atau bahkan modul kompresor dan sieve bed. Perencanaan ini mencegah biaya tak terduga yang besar dan memastikan alat selalu dalam kondisi prima.

    K. Pemecahan Masalah dan Perbaikan

    Meskipun telah dirawat dengan baik, terkadang masalah tetap bisa muncul. Bagian ini berfungsi sebagai panduan pertolongan pertama untuk mengidentifikasi dan mencoba mengatasi masalah umum sebelum memanggil teknisi.

    1. Masalah yang Sering Terjadi

    Berikut adalah beberapa kendala yang paling sering dihadapi oleh pengguna dan cara mengatasinya:

    • Alarm konsentrasi oksigen rendah

      Ini adalah alarm paling kritis. Alarm ini (biasanya ditandai lampu kuning atau merah dan bunyi 'beep' berulang) menandakan kemurnian oksigen yang dihasilkan di bawah standar terapi (<85 br="">Kemungkinan Penyebab & Solusi Pertama:

      1. Filter Tersumbat: Ini adalah penyebab paling umum. Segera matikan alat, periksa dan bersihkan filter udara eksternal. Jika masalah berlanjut, filter internal mungkin perlu diganti oleh teknisi.
      2. Aliran Udara Terhalang: Pastikan tidak ada tirai, selimut, atau dinding yang menutupi ventilasi alat. Beri ruang setidaknya 30 cm di sekeliling alat.
      3. Selang Terlipat/Bocor: Periksa seluruh panjang selang (tubing) dan kanula, pastikan tidak ada yang terlipat atau bocor.
      4. Kerusakan Internal: Jika langkah di atas tidak berhasil, kemungkinan ada masalah pada kompresor atau sieve bed. Segera pindahkan pasien ke sistem oksigen cadangan dan hubungi teknisi.

    • Masalah flow rate tidak stabil

      Pasien merasa aliran oksigen tidak konsisten atau lebih lemah dari biasanya, meskipun setelan tidak diubah.
      Kemungkinan Penyebab & Solusi Pertama:

      1. Sumbatan pada Humidifier/Kanula: Periksa botol humidifier, pastikan tidak ada kerak mineral yang menyumbat. Coba gunakan kanula baru.
      2. Kebocoran pada Selang: Periksa semua sambungan selang, pastikan terpasang rapat.
      3. Masalah pada Flow Meter: Kenop atau bola pada flow meter mungkin macet. Coba putar kenop beberapa kali. Jika masalah terus ada, panggil teknisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    • Gangguan baterai dan charging

      Masalah ini spesifik untuk unit portabel. Baterai tidak mau mengisi daya, atau daya habis lebih cepat dari biasanya.
      Kemungkinan Penyebab & Solusi Pertama:

      1. Koneksi Longgar: Pastikan adaptor daya (AC atau DC) terhubung dengan kencang ke alat dan ke sumber listrik. Periksa apakah lampu indikator pengisian daya menyala.
      2. Kontak Baterai Kotor: Matikan alat, lepas baterai, dan periksa terminal logam pada baterai dan unit. Bersihkan dengan kain kering jika terlihat kotor atau berdebu.
      3. Kesehatan Baterai Menurun: Jika baterai sudah tua (digunakan lebih dari 2-3 tahun), kemampuannya menyimpan daya akan menurun secara alami. Ini tandanya baterai perlu diganti. Hubungi penyedia Anda untuk mendapatkan baterai pengganti yang orisinal.

    • Noise berlebihan dari kompresor

      Alat mengeluarkan suara yang jauh lebih keras, bergetar hebat, atau berbunyi aneh.
      Kemungkinan Penyebab & Solusi Pertama:

      1. Permukaan Tidak Rata: Pastikan alat diletakkan di permukaan yang keras dan rata, bukan di atas karpet tebal yang bisa meredam dan membuat mesin panas.
      2. Filter Sangat Kotor: Filter yang tersumbat total dapat membuat kompresor bekerja lebih keras dan lebih berisik. Segera bersihkan filter eksternal.
      3. Masalah Internal Kompresor: Jika suara berisik disertai getaran kuat, kemungkinan ada masalah pada dudukan (mounting) atau bantalan (bearing) di dalam kompresor. Matikan alat dan segera hubungi teknisi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

    L. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi

    Pemberian alat medis canggih seperti konsentrator oksigen tidak akan lengkap dan efektif tanpa adanya transfer pengetahuan kepada penggunanya. Pelatihan yang terstruktur dan pengembangan kompetensi bagi pasien serta keluarga adalah pilar utama yang menjamin keberhasilan terapi, meningkatkan kepatuhan, dan meminimalkan risiko. Proses ini mengubah pasien dari sekadar pengguna pasif menjadi mitra aktif dalam perawatannya sendiri.

    1. Program Pelatihan untuk Pasien dan Keluarga

    Penyedia layanan kesehatan atau distributor alat wajib memberikan program pelatihan yang komprehensif saat serah terima alat. Program ini tidak boleh hanya sekadar demonstrasi singkat, melainkan sebuah sesi edukasi terstruktur yang mencakup:

    • Pengenalan Alat: Penjelasan fungsi setiap bagian alat, tombol kontrol, dan arti dari setiap lampu indikator.
    • Tujuan Terapi: Menjelaskan secara sederhana mengapa pasien membutuhkan terapi oksigen dan apa manfaat yang diharapkan, sesuai dengan kondisi medisnya.
    • Materi Tertulis: Memberikan buku manual pengguna dalam bahasa yang mudah dimengerti (Bahasa Indonesia) dan ringkasan instruksi atau checklist harian.
    • Sesi Tanya Jawab: Memberikan waktu yang cukup bagi pasien dan keluarga untuk bertanya dan mengklarifikasi keraguan.
    Pelatihan harus melibatkan minimal satu anggota keluarga atau pendamping (caregiver), karena mereka adalah sistem pendukung utama bagi pasien.

    2. Praktik Penggunaan dan Troubleshooting Dasar

    Teori saja tidak cukup. Pelatihan harus bersifat hands-on atau praktik langsung. Pasien dan keluarga harus didorong untuk mencoba sendiri di bawah pengawasan instruktur. Praktik ini harus meliputi:

    • Menyalakan dan mematikan unit dengan benar.
    • Mengatur flow rate sesuai angka yang ditentukan pada resep.
    • Memasang, melepas, dan membersihkan nasal cannula serta botol pelembap.
    • Praktik Perawatan Harian: Melepas, membersihkan, mengeringkan, dan memasang kembali filter udara eksternal. Ini adalah keterampilan paling penting untuk dimiliki pengguna.
    • Simulasi Troubleshooting: Instruktur dapat melakukan simulasi masalah sederhana, misalnya "Apa yang harus dilakukan jika alarm berbunyi?" atau "Bagaimana jika selang terlipat?". Ini membangun kepercayaan diri pengguna dalam menghadapi masalah.

    3. Edukasi Keselamatan dan Manajemen Terapi Oksigen

    Ini adalah bagian paling krusial dari pelatihan. Penekanan pada aspek keselamatan harus diulang beberapa kali hingga benar-benar dipahami. Poin-poin yang wajib disampaikan adalah:

    • BAHAYA KEBAKARAN: Menjelaskan dengan tegas dan jelas mengenai aturan jarak aman 3 meter dari segala bentuk api dan panas. Menekankan larangan mutlak merokok di dekat alat.
    • Prosedur Darurat: Menjelaskan langkah demi langkah apa yang harus dilakukan jika listrik padam atau alat mengalami kerusakan, termasuk cara beralih ke sistem oksigen cadangan seperti tabung oksigen.
    • Manajemen Terapi: Mengajarkan cara memantau respon tubuh terhadap terapi menggunakan pulse oximeter, mengenali tanda-tanda perburukan kondisi (seperti sesak yang tidak membaik atau saturasi terus menurun), dan kapan harus segera menghubungi dokter atau layanan darurat.
    • Larangan: Mengedukasi hal-hal yang tidak boleh dilakukan, seperti mengubah flow rate tanpa instruksi dokter, menggunakan salep berbasis minyak, atau mencoba membongkar alat sendiri.

    4. Follow-up dan Monitoring Berkelanjutan

    Pelatihan bukanlah acara satu kali. Dukungan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan kompetensi pengguna terjaga.

    • Kunjungan atau Panggilan Telepon: Penyedia layanan sebaiknya melakukan kontak follow-up beberapa hari atau seminggu setelah instalasi untuk menanyakan apakah ada kesulitan atau pertanyaan baru.
    • Kunjungan Pemeliharaan Berkala: Saat teknisi datang untuk melakukan servis rutin, ini adalah kesempatan emas untuk melakukan pelatihan ulang (retraining), menyegarkan kembali ingatan pengguna, dan menjawab pertanyaan yang mungkin muncul seiring waktu.
    • Akses Bantuan Teknis: Pastikan pasien memiliki nomor kontak yang jelas dan mudah dihubungi jika mereka membutuhkan bantuan teknis atau memiliki pertanyaan mendesak. Layanan bantuan yang responsif meningkatkan rasa aman pengguna.

    5. Dokumentasi Training Record

    Setiap sesi pelatihan yang diberikan harus didokumentasikan dengan baik oleh penyedia layanan atau fasilitas kesehatan. Dokumen rekam jejak pelatihan (training record) ini penting sebagai bukti formal bahwa edukasi yang memadai telah diberikan. Dokumentasi ini biasanya berisi:

    • Tanggal pelatihan.
    • Nama pasien dan keluarga/pendamping yang mengikuti.
    • Nama dan tanda tangan instruktur/teknisi.
    • Daftar materi atau checklist topik yang telah disampaikan dan dipraktikkan.
    • Tanda tangan dari pasien atau keluarga yang menyatakan bahwa mereka telah menerima dan memahami pelatihan yang diberikan.
    Bagi fasilitas kesehatan, dokumentasi ini merupakan bagian integral dari manajemen risiko dan jaminan mutu pelayanan (quality assurance), serta dapat menjadi dokumen pendukung penting saat proses akreditasi.

    M. Kepatuhan Regulasi dan Akreditasi

    Peredaran dan penggunaan konsentrator oksigen sebagai perangkat medis tidak bisa lepas dari kerangka hukum dan standar yang ketat. Kepatuhan terhadap regulasi ini bukan hanya soal pemenuhan kewajiban, tetapi merupakan jaminan fundamental atas keamanan, mutu, dan manfaat alat bagi pasien. Bagi fasilitas kesehatan, pemenuhan standar ini juga merupakan komponen kunci dalam proses akreditasi.

    1. Regulasi Kemenkes RI dan BPOM untuk Alat Terapi Oksigen

    Di Indonesia, regulasi utama untuk alat kesehatan berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dengan dukungan pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

    • Izin Edar Kemenkes RI: Ini adalah syarat mutlak. Setiap model konsentrator oksigen yang akan dijual dan digunakan di Indonesia wajib memiliki Izin Edar. Izin ini (berupa nomor AKD untuk produk dalam negeri atau AKL untuk produk impor) menandakan bahwa Kemenkes telah mengevaluasi dan memverifikasi bahwa produk tersebut memenuhi semua persyaratan keamanan, mutu, dan kinerja yang ditetapkan. Fasilitas kesehatan dilarang membeli atau menggunakan alat yang tidak memiliki izin edar resmi.
    • Peran BPOM: Setelah produk beredar di pasar (post-market), BPOM memiliki peran dalam melakukan pengawasan. Ini termasuk pengambilan sampel dan pengujian produk di pasaran, serta menindaklanjuti laporan insiden atau keluhan terkait alat kesehatan untuk memastikan produk yang digunakan masyarakat tetap aman dan sesuai standar.

    2. Standar Akreditasi Rumah Sakit (KARS) untuk Home Care

    Bagi rumah sakit yang menyediakan layanan perawatan di rumah (home care) yang melibatkan penggunaan alat medis seperti konsentrator oksigen, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) memiliki standar yang relevan.

    • Manajemen Peralatan Medis: Standar akreditasi mengharuskan rumah sakit memiliki program pengelolaan peralatan medis yang jelas, bahkan untuk alat yang digunakan di luar rumah sakit. Ini mencakup proses pemilihan dan pengadaan alat yang terstandar, inspeksi dan uji fungsi sebelum diserahkan ke pasien, jadwal pemeliharaan preventif, serta kalibrasi berkala.
    • Edukasi Pasien dan Keluarga: Salah satu elemen penting yang dinilai adalah bagaimana rumah sakit memastikan pasien dan keluarga menerima edukasi yang efektif mengenai penggunaan alat, aspek keselamatan, dan prosedur darurat. Dokumentasi pelatihan menjadi bukti penting dalam proses survei akreditasi.
    Kepatuhan terhadap standar ini menunjukkan komitmen rumah sakit terhadap keselamatan pasien yang berkelanjutan (patient safety continuity) dari lingkungan rumah sakit hingga ke rumah.

    3. Standar Internasional (ISO 8359, FDA Class II)

    Regulasi nasional seringkali mengadopsi atau merujuk pada standar internasional yang telah diakui secara global.

    • Standar ISO: Standar internasional yang paling relevan saat ini untuk konsentrator oksigen adalah ISO 80601-2-69. Namun, standar yang lebih lama seperti ISO 8359 (Oxygen concentrators for medical use -- Safety requirements) seringkali masih menjadi rujukan dasar dalam beberapa regulasi. Standar-standar ini menetapkan persyaratan teknis yang sangat detail, mulai dari kemurnian oksigen, akurasi aliran, hingga ketahanan sistem alarm.
    • FDA (U.S. Food and Drug Administration): Di Amerika Serikat, konsentrator oksigen diklasifikasikan sebagai Perangkat Medis Kelas II (Class II Medical Device). Klasifikasi ini berarti perangkat tersebut memiliki risiko sedang dan memerlukan kontrol khusus (special controls) untuk menjamin keamanan dan efektivitasnya, seperti kepatuhan terhadap standar kinerja, pengujian pra-klinis, dan pelabelan yang jelas. Pengakuan dari FDA seringkali menjadi tolok ukur kualitas dan keamanan produk di tingkat global.

    4. Sertifikasi CE Mark dan Medical Device Directive

    Untuk produk yang dipasarkan di Wilayah Ekonomi Eropa (European Economic Area), kepatuhan ditunjukkan dengan adanya CE Mark.

    • Tanda CE (CE Mark): Ini bukan tanda kualitas, melainkan sebuah deklarasi dari pabrikan bahwa produk mereka telah memenuhi semua persyaratan hukum yang relevan dari European Union. Untuk konsentrator oksigen, ini berarti kepatuhan terhadap regulasi perangkat medis.
    • Medical Device Regulation (MDR): Regulasi yang berlaku saat ini adalah (EU) 2017/745 atau MDR, yang menggantikan Medical Device Directive (MDD) sebelumnya. MDR menetapkan persyaratan yang lebih ketat untuk bukti klinis, pengawasan post-market, dan ketertelusuran (traceability) perangkat. Produk dengan CE Mark di bawah MDR menunjukkan tingkat kepatuhan regulasi yang sangat tinggi.

    5. Regulasi Transportasi dan Perjalanan Udara

    Untuk pasien yang membutuhkan mobilitas, terutama via udara, ada regulasi khusus yang mengatur penggunaan Konsentrator Oksigen Portabel (POC).

    • FAA (Federal Aviation Administration): Badan regulasi penerbangan AS ini menetapkan standar untuk POC yang diizinkan untuk dibawa dan digunakan di dalam kabin pesawat. Hanya model-model yang telah diuji dan disetujui oleh FAA yang boleh digunakan. Sebagian besar maskapai penerbangan di seluruh dunia mengacu pada daftar POC yang disetujui FAA ini.
    • IATA (International Air Transport Association): IATA menyediakan panduan bagi maskapai anggotanya mengenai pengangkutan barang berbahaya, termasuk perangkat medis. Penumpang yang ingin membawa POC wajib memberitahu maskapai jauh-jauh hari sebelum penerbangan dan seringkali diminta untuk membawa surat keterangan dokter serta memiliki daya tahan baterai yang cukup (misalnya, 150% dari total waktu penerbangan).
    Pasien atau keluarga harus selalu proaktif memeriksa kebijakan spesifik dari maskapai yang akan digunakan sebelum membeli tiket.

    N. Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

    Berikut adalah kumpulan pertanyaan yang paling sering diajukan seputar konsentrator oksigen, beserta jawaban yang ringkas dan jelas untuk membantu mengatasi kebingungan umum.

    1. Operasional dan Penggunaan Sehari-hari

    Bolehkah saya tidur menggunakan konsentrator oksigen?
    Tentu saja. Banyak pasien, terutama dengan kondisi kronis, diresepkan untuk menggunakan oksigen sepanjang malam. Pastikan Anda menggunakan mode Continuous Flow jika disarankan oleh dokter, karena laju pernapasan saat tidur bisa menjadi lebih dangkal, yang mungkin tidak terdeteksi oleh beberapa sensor Pulse Dose.
    Berapa lama konsentrator oksigen bisa menyala terus-menerus?
    Unit stasioner dirancang untuk dapat beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu (24/7). Pastikan ventilasi alat tidak terhalang untuk mencegah panas berlebih. Untuk unit portabel, operasionalnya dibatasi oleh daya tahan baterai atau ketersediaan sumber daya eksternal.
    Apakah saya perlu mengisi ulang konsentrator oksigen?
    Tidak. Berbeda dengan tabung oksigen, konsentrator oksigen tidak perlu diisi ulang. Alat ini memproduksi oksigennya sendiri secara terus-menerus dari udara di sekitar, hanya dengan mengandalkan sumber listrik.

    2. Keselamatan dan Efek Samping

    Apakah menghirup oksigen murni berbahaya?
    Ya, menghirup oksigen 100% dalam waktu lama bisa beracun bagi paru-paru. Namun, konsentrator oksigen medis dirancang untuk menghasilkan oksigen dengan konsentrasi sekitar 90-95%, level yang aman dan efektif untuk terapi medis jika digunakan sesuai resep dokter. Jangan pernah mengubah laju aliran tanpa konsultasi medis.
    Apa efek samping yang paling umum?
    Efek samping yang paling sering terjadi adalah kekeringan pada hidung dan tenggorokan. Penggunaan botol pelembap (humidifier) dapat sangat membantu mengatasi masalah ini. Iritasi kulit ringan di belakang telinga akibat gesekan selang kanula juga bisa terjadi.
    Seberapa berbahayakah risiko kebakaran?
    Risikonya sangat nyata jika protokol keselamatan diabaikan. Oksigen tidak meledak, tetapi dapat mempercepat pembakaran secara drastis. Aturan paling penting adalah menjaga jarak minimal 3 meter dari segala bentuk api, panas, dan percikan, termasuk rokok.

    3. Perawatan dan Masa Pakai

    Seberapa sering saya harus membersihkan filter?
    Filter udara eksternal (filter busa) harus diperiksa setiap hari dan dibersihkan setidaknya seminggu sekali, atau lebih sering jika lingkungan Anda berdebu. Filter yang bersih adalah kunci kinerja alat yang optimal.
    Berapa lama umur pakai sebuah konsentrator oksigen?
    Dengan perawatan yang baik dan servis rutin, sebuah konsentrator oksigen berkualitas dapat bertahan selama 15.000 hingga 20.000 jam penggunaan atau lebih, yang setara dengan beberapa tahun pemakaian intensif. Komponen seperti kompresor dan sieve bed mungkin memerlukan servis besar atau penggantian setelah mencapai jam pakai tersebut.
    Kapan saya harus mengganti selang (nasal cannula)?
    Untuk alasan kebersihan dan mencegah infeksi, nasal cannula harus diganti secara rutin, idealnya setiap 2-4 minggu sekali, atau lebih cepat jika sudah terlihat kaku, retak, atau kotor.

    4. Aplikasi Klinis dan Indikasi Medis

    Penyakit apa saja yang membutuhkan terapi oksigen?
    Banyak kondisi yang menyebabkan hipoksemia (kadar oksigen rendah dalam darah). Indikasi paling umum meliputi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia berat, fibrosis paru, gagal jantung kongestif, asma berat, dan sebagai terapi pendukung pada pasien COVID-19 dengan gejala pernapasan.
    Apakah konsentrator oksigen bisa digunakan untuk semua pasien?
    Hampir semua pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang dengan flow rate hingga 10 LPM dapat menggunakan konsentrator oksigen. Namun, untuk pasien yang membutuhkan aliran sangat tinggi (high-flow) di atas 10 LPM atau dalam kondisi kritis di ICU, sistem oksigen sentral rumah sakit atau oksigen cair mungkin lebih sesuai.
    Bisakah saya membeli konsentrator oksigen tanpa resep dokter?
    Tidak. Konsentrator oksigen adalah perangkat medis yang penggunaannya harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter. Penggunaan oksigen yang tidak tepat, baik dosis maupun indikasinya, dapat membahayakan kesehatan.

    O. Glosarium Istilah

    Flow Rate
    Laju Aliran. Volume oksigen yang dialirkan ke pasien, diukur dalam Liter per Menit (LPM).
    Hipoksemia
    Kondisi medis di mana kadar oksigen dalam darah arteri lebih rendah dari normal.
    Humidifier
    Botol Pelembap. Perangkat yang diisi air steril untuk melembapkan oksigen sebelum dihirup pasien, mencegah kekeringan saluran napas.
    ISO (International Organization for Standardization)
    Organisasi internasional yang menetapkan standar teknis untuk berbagai produk, termasuk alat kesehatan.
    KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
    Lembaga independen di Indonesia yang melakukan akreditasi rumah sakit untuk menilai kepatuhan terhadap standar pelayanan dan keselamatan pasien.
    Kemenkes RI
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Badan pemerintah yang meregulasi peredaran alat kesehatan, termasuk menerbitkan Izin Edar.
    LPM (Liter per Menit)
    Satuan pengukuran untuk flow rate oksigen.
    Nasal Cannula
    Selang hidung. Selang plastik ringan dengan dua cabang yang dimasukkan ke lubang hidung untuk mengalirkan oksigen.
    PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
    Penyakit peradangan paru kronis yang menyebabkan terhalangnya aliran udara dari paru-paru. Salah satu indikasi utama terapi oksigen jangka panjang.
    PSA (Pressure Swing Adsorption)
    Prinsip kerja inti konsentrator oksigen, di mana tekanan digunakan untuk memisahkan nitrogen dari udara menggunakan saringan molekuler.
    Sieve Bed
    Tabung Saringan. Komponen berisi material Zeolit yang berfungsi sebagai saringan molekuler untuk memisahkan oksigen dan nitrogen.
    SpO2
    Saturasi Oksigen Perifer. Perkiraan jumlah oksigen dalam darah, diukur sebagai persentase menggunakan pulse oximeter.
    Zeolit
    Mineral aluminosilikat berpori yang digunakan sebagai saringan molekuler (molecular sieve) di dalam sieve bed.

    P. Daftar Referensi dan Sumber

    Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya, termasuk pedoman klinis, standar teknis, dan regulasi pemerintah. Berikut adalah beberapa referensi utama:

    1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
    2. World Health Organization (WHO). (2019). WHO-UNICEF technical specifications and guidance for oxygen therapy devices.
    3. International Organization for Standardization. (2020). ISO 80601-2-69:2020 - Medical electrical equipment — Part 2-69: Particular requirements for basic safety and essential performance of oxygen concentrator equipment.
    4. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). (2022). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: KARS. (Terutama standar terkait Manajemen Fasilitas dan Keselamatan & Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan).
    5. U.S. Food & Drug Administration (FDA). CFR - Code of Federal Regulations Title 21, Part 868, Subpart F - Therapeutic Devices.
    6. Hardavella, G., Karampinis, I., Frille, A., Sgouroudis, E., & Koutsoukou, A. (2019). Oxygen devices and delivery systems. Breathe, 15(3), e108–e116.

    Baca juga...

    Baca juga...

    Posting Komentar